Beranda | Artikel
Apakah Engkau Ingin Menjadi Pembuka Pintu-Pintu Kebaikan? (Bag. 4)
Selasa, 25 September 2018

Baca pembahasan sebelumnya Apakah Engkau Ingin Menjadi Pembuka Pintu-Pintu Kebaikan? (Bag. 3)

Ketiga: Memiliki ilmu yang bermanfaat

Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang berdasarkan pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Ilmu adalah asas yang harus dimiliki oleh seorang hamba agar bisa menjadi pembuka kebaikan orang lain. Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ

“Katakanlah, ‘Inilah jalanku, aku berdakwah kepada Allah di atas bashirah.’” (QS. Yusuf [12]: 108)

Yang dimaksud dengan “bashirah” adalah ilmu yang bermanfaat.

Oleh karena itu, siapapun yang tidak memiliki ilmu yang bermanfaat ini, bagaimana mungkin dia bisa membedakan antara pembuka pintu kebaikan dengan pembuka pintu keburukan? Bagaimana mungkin dia bisa membedakan antara kebenaran dan kebatilan? Bagaimana mungkin dia bisa membedakan antara sunnah dan bid’ah? Bagaimana mungkin dia bisa membedakan antara hidayah (petunjuk) dengan kesesatan? Bagaimana mungkin dia bisa menjaga diri dari kebatilan, padahal dia tidak memiliki ilmu tentang apakah kebatilan itu?

Allah Ta’ala berfirman,

أَفَمَنْ يَمْشِي مُكِبًّا عَلَى وَجْهِهِ أَهْدَى أَمَّنْ يَمْشِي سَوِيًّا عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

“Maka apakah orang yang berjalan terjungkal di atas mukanya itu lebih banyak mendapatkan petunjuk ataukah orang yang berjalan tegap di atas jalan yang lurus?” (QS. Al-Mulk [67]: 22)

أَفَمَنْ يَعْلَمُ أَنَّمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ الْحَقُّ كَمَنْ هُوَ أَعْمَى إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ

“Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran.” (QS. Ar-Ra’du [13]: 19)

قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ

“Adakah sama antara orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (QS. Az-Zumar [39]: 9)

Barangsiapa yang ingin menjadi pembuka pintu kebaikan, maka bersemangatlah untuk mencari ilmu yang bermanfaat dan perhatian dengannya. Diriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

مَنْ غَدَا يُرِيدُ الْعِلْمَ يَتَعَلَّمُهُ لِلَّهِ فَتَحَ اللهُ لَهُ بَابًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa berangkat di waktu pagi untuk mencari ilmu yang ingin dia pelajari, maka Allah akan bukakan pintu surga untuknya.” (HR. Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman no. 1699. Dinilai dhai’if oleh Al-Albani dalam Dha’if At-Targhib wa At-Tarhib no. 73)

Hadits di atas statusnya dha’if, dan cukuplah bagi kita hadits berikut ini, dan juga hadits-hadits lainnya, untuk memotivasi kita dalam mencari ilmu yang bermanfaat, yaitu sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الجَنَّةِ

“Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan mudahkan dengannya jalan menuju surga.” (HR. Ahmad 5: 196, Abu Dawud no. 3641, Tirmidzi no. 2682, Ibnu Majah no. 223, Ibnu Hibban no. 88. Dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 6297)

Ilmu yang bermanfaat inilah yang akan menjadi pembuka berbagai pintu kebaikan dan penutup berbagai keburukan. Tanpa ilmu, bisa jadi seseorang membuka pintu-pintu keburukan, berupa bid’ah dan kesesatan, tanpa dia sadari. Dan cukuplah kisah ini sebagai bukti.

Diriwayatkan dari ‘Amr bin Salamah Al-Hamdani, beliau berkata,

“Suatu ketika kami duduk di depan pintu rumah ‘Abdullah bin Mas‘ud sebelum shalat subuh. Apabila beliau keluar, kami akan berjalan bersamanya menuju masjid. Tiba-tiba, datanglah Abu Musa Al-Asy‘ari, lalu bertanya, “Apakah Abu ‘Abdirrahman telah keluar rumah?”

Kami menjawab, “Belum.”

Dia pun duduk bersama kami hingga ‘Abdullah bin Mas‘ud keluar. Ketika beliau keluar, kami semua bangun untuk menyambutnya.

Lalu Abu Musa Al-Asy‘ari berkata kepadanya, “Wahai Abu ‘Abdirrahman, aku telah melihat di masjid tadi satu perkara yang tidak aku setujui, tetapi aku tidak melihat –alhamdulilah- melainkan perkara yang baik.”

Dia bertanya, “Apakah itu?”

Abu Musa berkata, “Jika umur engkau panjang, engkau akan melihatnya. Aku melihat sekelompok orang, mereka duduk dalam lingkaran (halaqah) menunggu shalat. Pada setiap kelompok, ada seorang lelaki yang di tangan mereka memegang batu. Apabila lelaki itu berkata, ‘Bertakbirlah seratus kali!’, mereka pun bertakbir seratus kali. Apabila dia berkata, ‘Bertahlil-lah seratus kali’, mereka pun bertahlil seratus kali. Apabila dia berkata, ‘Bertasbihlah seratus kali’, mereka pun bertasbih seratus kali.”

‘Abdullah bin Mas‘ud berkata, “Apa yang telah engkau katakan kepada mereka?”

Abu Musa menjawab, “Aku tidak mengatakan apa-apa kepada mereka karena aku menanti pendapat dan perintahmu.”

‘Abdullah bin Mas‘ud berkata, “Mengapa engkau tidak memerintahkan mereka menghitung kejelekan-kejelakan mereka dan engkau jamin bahwa kebaikan mereka tidak akan sia-sia sedikit pun.”

Lalu beliau berjalan, kami pun berjalan bersamanya. Sehingga beliau tiba di salah satu kelompok melingkar tersebut. Beliau berdiri lantas berkata, “Apa ini yang aku lihat kalian sedang melakukannya?”

Mereka menjawab, “Wahai Abu ‘Abdirrahman! Ini adalah batu yang kami gunakan untuk menghitung takbir, tahlil dan tasbih.”

Ibnu Mas’ud menjawab,

فَعُدُّوا سَيِّئَاتِكُمْ، فَأَنَا ضَامِنٌ أَنْ لَا يَضِيعَ مِنْ حَسَنَاتِكُمْ شَيْءٌ وَيْحَكُمْ يَا أُمَّةَ مُحَمَّدٍ، مَا أَسْرَعَ هَلَكَتَكُمْ هَؤُلَاءِ صَحَابَةُ نَبِيِّكُمْ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُتَوَافِرُونَ، وَهَذِهِ ثِيَابُهُ لَمْ تَبْلَ، وَآنِيَتُهُ لَمْ تُكْسَرْ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، إِنَّكُمْ لَعَلَى مِلَّةٍ هِيَ أَهْدَى مِنْ مِلَّةِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أوْ مُفْتَتِحُو بَابِ ضَلَالَةٍ

“Hitunglah dosa-dosa (kejelekan) kalian, dan aku jamin pahala-pahala (kebaikan) kalian tidak akan sia-sia sedikit pun. Celaka kalian, wahai umat Muhammad! Alangkah cepat kebinasaan kalian. Para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam masih banyak, baju beliau belum lusuh, dan wadah makanan dan minuman beliau pun belum pecah. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, apakah kalian berada di atas agama yang lebih mendapatkan petunjuk daripada agama Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, atau sebenarnya kalian sedang membuka pintu-pintu kesesatan?”

Mereka menjawab, “Demi Allah, wahai Abu ‘Abdirrahman, kami hanya bertujuan baik.”

Ibnu Mas’ud menjawab,

وَكَمْ مِنْ مُرِيدٍ لِلْخَيْرِ لَنْ يُصِيبَهُ

“Betapa banyak orang yang menginginkan kebaikan, tetapi mereka tidak mendapatkannya.” (Diriwayatkan oleh Ad-Darimi dalam Sunan-nya no. 204 dengan sanad yang hasan)

Lihatlah bagaimana orang-orang tersebut yang ingin menjadi pembuka kebaikan, namun tanpa sadar dia membuka pintu keburukan dan kesesatan sebagaimana yang dinasihatkan oleh sahabat Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu.

‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata,

إِنَّ مُحَمَّدًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عُلِّمَ فَوَاتِحَ الْخَيْرِ، وَجَوَامِعَهُ، وَخَوَاتِمَهُ

“Sesungguhnya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan pembuka pintu kebaikan, penyempurna dan penutupnya.” (HR. Ahmad dalam Al-Musnad no. 4160. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth menilai sanad riwayat ini shahih sesuai syarat Bukhari dan Muslim.)

[Bersambung]

***

@Bornsesteeg NL 6C1, 2 Syawwal 1439/ 16 Juni 2018

Oleh seorang hamba yang sangat butuh ampunan Rabb-nya,

Penulis: M. Saifudin Hakim

Artikel: Muslim.Or.Id

 

Referensi:

Disarikan dari kitab Kaifa takuunu miftaahan lil khair karya Syaikh ‘Abdurrazaq bin ‘Abdul Muhsin Al-Badr, hal. 18-22.

🔍 Hadits Tentang Janji, Ayat Tentang Kesombongan, Pesantren Hamalatul Quran, Surga Istri Dibawah Telapak Kaki Suami, Cara Berdoa Agar Cepat Terkabul


Artikel asli: https://muslim.or.id/42473-apakah-engkau-ingin-menjadi-pembuka-pintu-pintu-kebaikan-bag-4.html